MAQAM KANJENG SUNAN GESENG
( KYAI AGENG CAKRAJAYA )
Oleh ; Elmardanuzie
Apa Makna Dari Makan Sekali Kenyang Selamanya dan Apa Isi
Bumbung Yang Hilang Kedua Ruasnya ?
Begitulah, Pertanyaan Kanjeng Sunan Kalijaga Kepada Kanjeng
Sunan Geseng ?
Sunan Geseng Adalah Satu Diantara Deretan Tokoh Wali Yang
Kisah ceritanya Melegenda Bagi
masyarakat Indonesia khususnya Di Jawa
Sudah Banyak Tulisan2 Yang Menceritakan Tentang Kisahnya
Dengan Beragam Macam Versinya
Disini Saya Kembali Menuliskan Kisahnya Menurut Versi "
Serat Babad Jalasutra & Serat Sakeber "
Ada Beberapa Makam Yang Diyakini Sebagai Makam Kanjeng Sunan
Geseng
Salah satunya Yang Ada Di Wilayah Kulon Progo Yogyakarta
Tepatnya di Gunung Girinyono Sendang sari Kec Pengasih
Dan Masing-masing Mengklaim Bahwa Ditempat Mereka Lah Yang
Paling Asli Dan Yang Lain Tidak... ....
Hal Tersebut Tidak Perlu
Diperdebatkan..
Semuanya Baik ,Mau Disini Mau Disana Baik Semua Dan Sah Sah
Saja..
Yang Terpenting Dengan Niat Yang Baik, Dengan Cara Yang
Baik,..insyaAllah Berbuah Baik Pula..
Bismillah..
Dan Inilah Kisah Kanjeng Sunan Geseng..
Tersebutlah Ada Seorang Pertapa Sakti Bernama Kyai Ageng
Kotesan Yang Tinggal Di Desa Sinandu Bagelen Mempunyai Seorang Putra Bernama Ki
Cakrajaya
Cakrajaya Adalah Seorang Anak Yang Mempunyai Sifat
Berkemauan Keras ,Suka Lelaku Tirakat ,Menyendiri dan Gemar Berpuasa
Mungkin Sudah Menjadi Takdir bahwa seseorang Yang Ingin
Tercapai Cita-citanya Biasanya didahului dengan penderitaan , Nampaknya Begitu
Pula Terjadi Pada Diri Cakrajaya
Cakrajaya Yang Masa Kecilnya Suka Berpuasa , Setelah Dewasa
Kemudian Beristri dan Hidup Disuatu Daerah dan Bermata Pencaharian Sebagai
Penderes Atau Menyadap Pohon Enau Yang Tumbuh Disalah Satu Pegunungan Yang
Bernama Sumberan
Setiap Hari Cakrajaya Berangkat Dengan Membawa Bumbung Untuk
Deres " menyadap pohon enau " Di Pegunungan Sumberan
Konon Di Daerah Itu Sampai Sekarang masih Ada sisa
Peninggalan Bumbung penyadap enau milik Ki Cakrajaya
Menyadap Pohon Enau Adalah Suatu Pekerjaan Yang Menggunakan
Kesabaran Karena Hasilnya Tidak Begitu Cepat Bisa Didapat , Tetapi Harus
Melalui Tetes Demi Tetes , Sehingga Dalam Satu Hari Yang Didapat pun Tidak
sebegitu berapa
Meskipun Keadaan Hidup Ki Cakrajaya Sekeluarga serba Pas
Pasan Namun Mereka Tidak Pernah Mengeluh
Sebab Mereka Mempunyai Pedoman
" Tidak Perlu Mengeluh Di waktu Menderita Dan Tidak
Perlu Menunjukkan Kegembiraan Di Waktu Menerima Kebahagiaan"
Ki Cakrajaya Menanamkan Filsafat Hidup Pada Keluarganya,
" Bahwa Hidup Bahagia Terdapat Pada Isi Hati Diri Pribadi . Kebahagiaan
Yang Disebabkan Karena Harta Kekayaan Akan Mudah Menjerumuskan Hidup Seseorang
, Yang Akhirnya Lupa Kepada Yang Memberi Hidup "
Pada Suatu Ketika Di Pagi Hari Ki Cakrajaya Tak Seperti
Biasanya ,Merasakan Denyut jantungnya Berdebar-debar Ada Sesuatu Perasaan Aneh
Di Dalam Hatinya Sehingga Sampai Siang Hari Beliau Belum Juga Pergi Ke Sumberan
Untuk Menyadap Enau
Ditunggu Tak Kunjung juga Hilang
Maka Akhirnya Ki Cakrajaya Memutuskan Untuk tetap Berangkat
Ke Sumberan.
Sesampai Di Sumberan Ki Cakrajaya Langsung Naik Ke Atas
Pohon Enau Untuk Mengambil Bumbung dan Menggantikanya Dengan Bumbung Yang
Kosong , Pada Saat Mengambil Bumbung Itu Terkejutlah Hatinya Karena Melihat Isi
Bumbung Begitu Banyak sampai Penuh
Kejadian Seperti Itu Belum Pernah Dialaminya , Maka Timbul
Pertanyaan Dalam Hatinya , Apakah Ini Firasat Yang Menyentuh Hatinya Sehingga
Menyebabkan Denyut jantungnya Berdebar-debar..
Sebelum Ki Cakrajaya Turun Dengan Membawa Hasil Sadapannya ,
Tiba-tiba Terdengarlah Suara Dari Bawah Pohon Enau Yang Menanyakan Apa Kerja Ki
Cakrajaya Naik Turun Pohon Enau ?
Pertanyaan itu Dijawabnya Apakah Ki Sanak Akan Membeli Gula
Aren ??
Seseorang Yang Ternyata Kanjeng Sunan Kalijaga Itu Tidak
Menjawabnya dan Kemudian Menggandeng Tangan Ki Cakrajaya Untuk Di Ajak Pulang.
Di Dalam Perjalanan pulang Yang Dibicarakan Hanyalah Tentang " Jatining
Urip dan Urip Sejati " " Hakekat Hidup "
Sesampai Di Rumah Pembicaraan Mereka Masih Di Lanjutkan ,
Bahkan Dibicarakan Pula Falsafah Hidup Lainya , Diantaranya Tentang Apa Makna
Dari " Makan Sekali Kenyang Selamanya ,Serta Sebuah Pertanyaan " Apa
Isi Bumbung Yang Hilang Kedua Ruasnya "
Pembicaraan Itu Membuat Hati Ki Cakrajaya Bertanya- tanya ,
Siapakah Sebenarnya Orang Ini ? Sehingga Bisa Memberikan Beberapa Ajaran
Tentang Falsafah Hidup , Belum Sampai Terjawab Pertanyaan- pertanyaan Dalam
Hati Ki Cakrajaya ,Tiba - tiba Bangkitlah Kanjeng Sunan Kalijaga Dari Tempat
Duduknya Dengan Maksud Akan Meninggalkan Tempat
Tinggal Ki Cakrajaya Sambil Mengucap " Ya Rohman Rokhim -Mu "
Ki Cakrajaya Mendengar Kata- kata Itu Menjadi Terbuka
Hatinya ," Terang Wening " Fikirannya Jernih Tidak Ragu Lagi !!
Setelah Mengucap Kata- kata itu Kanjeng Sunan Kalijaga dalam
Sekejap Lenyap Dari Pandangannya, Sehingga Membuat Hati Ki Cakrajaya Keheranan
dan Tidak Bisa Berucap Sepatah Kata Pun .
Bahkan Ia Kemudian Melihat Gula Aren Yang Masih Dalam
Cetakan Berubah Menjadi Gumpalan Emas Murni dan Mengkilap. Melihat Kenyataan
Seperti Itu Kemudian Ki Cakrajaya Berkata Kepada Istrinya Yang Pada Waktu Itu
Sedang Mengandung Empat Bulan , Bahwa Mungkin Sudah Tiba Saatnya Kita Akan
Berpisah ,Ia Akan Pergi Mencari Orang Sakti Itu. Lihatlah Gula Dalam Tangkeban
Itu Telah Berubah Menjadi Emas.
Gunakanlah Emas Itu Untuk Kebutuhan Hidupmu Selama Aku Pergi
, Setelah Berpesan Kepada Istrinya , Pergilah Ki Cakrajaya Mengejar Kanjeng
Sunan Kalijaga.
Pada Suatu Hari Saat Bulan Purnama , Perjalanan Ki Cakrajaya
Sampai Disuatu Tempat. Di Tempat Itu Tumbuh Pohon Beringin Yang Besar ,Ia Ingin
Melepaskan Lelah Sambil Tiduran Di Bawah Pohon Tersebut. Kebetulan Di Dekat
Pohon Itu Terdapat Pancuran Air Yang Mengeluarkan Suara Gemericik Dengan Irama
Yang Tetap. Sambil Merebahkan Badannya Dibawah Pohon Beringin Itu, Dalam Hati
Ia Berkata " Ya Robbi , Kyai Ageng Ingkang Emut ,Dika Urip Kulo Urip
"
Sekonyong-konyong Terdengar Suara Orang Di Balik Pohon
Beringin dan Berkata Pula
" Ki Sanak Ki Sanak ,Dika Urip Kulo Urip "
Ki Cakrajaya Kemudian Menengok ,Di Balik Pohon Beringin Itu
Ia Melihat Kanjeng Sunan Kalijaga Sedang Memutar- mutar Tasbihnya.
Ki Cakrajaya Kemudian Mendekati Tempat Duduk Kanjeng Sunan
Kalijaga Sambil Berkata Bahwa Ia Akan Menyerahkan Jiwa Raganya Serta Hidup
Matinya dan Berniat Ingin Menjadi Muridnya Yang Sanggup Mengikuti Jejak
Perjalanannya.
Dengan Tersenyum Kanjeng Sunan Kalijaga Berkata, Jebeng Saya
Ini Hanya Manusia Biasa Seperti Kamu ,Jadi Tidak Benar Kamu Menyerahkan Hidup
Mati dan Jiwa Ragamu Kepadaku. Saya Bukan Yang Gawe Urip dan Bukan Yang Gawe
Pati dan Bukan Tempat Jiwa.
Selanjutnya Kanjeng Sunan Kalijaga Berkata Jebeng Kalau Kamu
Betul- betul Berniat, Apa Yang Kau Ingini Secara Lahir Batin Yaitu Mencari
" Sampurnaning Urip " Ikuti dan Kerjakan Segala Petunjukku.
Sujudlah Seluruh Jiwa Ragamu ,Lahir Batin Di Hadapan Gusti
Allah Kang Maha Agung dan Ini Tongkat Untukmu, Jagalah Baik- baik InsyaAllah
Pada Saatnya Nanti Kita Akan Bertemu Lagi Di Pegunungan Lowanu Untuk
Melanjutkan Pembicaraan Tentang Ilmu dan Falsafah Hidup.
Berbulan-bulan Hingga Bertahun-tahun Kanjeng Sunan Kalijaga
Menyamar Menjadi Orang Kebanyakan dan Menggunakan Nama Kyai Citra Berkelana
Kesana Kemari Sambil Mengamalkan ilmunya Kepada Para Penduduk Yang
Didatanginya.
Pada Saat Kanjeng Sunan Kalijaga Berada Di Daerah Mataram
Menetap Agak Begitu Lama Sehingga Sampai Mempunyai Dua Orang Abdi Kinasih Yang
Bernama Kyai Semi dan Nyai Galuh.
Saat Kanjeng Sunan Kalijaga Duduk Di Serambi Padepokan nya ,
Beliau Teringat Akan Janjinya Pada Ki Cakrajaya Bila Nanti Akan Bertemu Lagi di
Pegunungan Lowanu
Pada Waktu Itu , Setelah Dipesan Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga
, Dengan Kemauan Yang Kuat , Kepatuhan dan Kedisiplinan ,Ki Cakrajaya Menuju
Lowanu , Beliau Ingin Menunjukkan Ketaatan dan Kesetiaannya Serta "
Sampurnaning Lampah " Kepada Gurunya Yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga.
Sesampainya Di Pegunungan Lowanu Dengan Duduk Di Atas Batu
dan Bersila , Memejamkan Mata Serta Tongkat Di Tancapkan Di Depannya , Mulailah
Beliau Bersemedi
Sambil Menunggu Kedatangan Kanjeng Sunan Kalijaga
Pada Satu Riwayat Di Pesan Kanjeng Sunan Kalijaga Untuk
Membaca wirid " Ya Hayyu Ya Qoyyum "
Tapi Oleh Ki Cakrajaya Dibacannya " Ya Kayaku Ya Kayumu
"
Kanjeng Sunan Kalijaga Sendiri Diceritakan Hampir Lupa
Karena Sudah Bertahun-tahun Lamanya Baru Teringat, Bahwa Beliau Mempunyai Murid
Yang Sedang Menunggunya,
Pada Satu Riwayat Hingga Sampai 25 Tahun Lamanya
Kemudian Kanjeng Sunan Kalijaga Mencari Tempat Dimana Ki
Cakrajaya Berada.
Karena Saking Lamanya Mengakibatkan Lokasi Yang Ditempati Ki
Cakrajaya Telah Berubah Menjadi Hutan Belantara Sehingga Menyulitkan Kanjeng
Sunan Kalijaga Dalam Pencariannya.
Ini Membuktikan Bahwa Perpisahan Keduanya Sangat Lama.
Untuk Mempermudah dan Mempercepat pencarian Ki Cakrajaya ,
Akhirnya Kanjeng Sunan Kalijaga Memutuskan Untuk Membakar Hutan , Setelah Api
Padam Nampak Ki Cakrajaya Duduk Bersila Dengan Tongkat Tertancap Di Depannya
Ki Cakrajaya Tersenyum Sambil Menganggukkan Kepalanya dan
Mengucapkan Terima Kasih
Kanjeng Sunan Kalijaga Kemudian Mendekati Ki Cakrajaya Yang
Terlihat Hangus ( Gosong ) sambil Berkata Bahwa Ujiannya Telah Berakhir Dengan
Baik
Oleh Karena Ki Cakrajaya Terlihat Hangus / Gosong Maka
Kanjeng Sunan Kalijaga Memberinya Nama Sunan Geseng .
Geseng Yang Berarti Gosong, Gosong Mergo Kebrongot atau
Hangus Karena Terbakar
Kemudian Sunan Geseng Disuruhnya pulang Untuk Menemui
Istrinya, Serta Dibekali Kail.
Sesampainya Di Sungai Bogowonto Beliau Bersuci dan Memancing
Terlebih Dahulu Untuk Berbuka Puasa.
Berita Kembalinya Ki Cakrajaya Sudah Tersiar Di Seluruh
Wilayah Bagelen , Yang Akhirnya Terdengar Pula Oleh Nyai Cakrajaya .
Nyai Cakrajaya Kemudian Memanggil Anaknya Yang Bernama Jaka
Bedhug Yang Sewaktu Ditinggalkan Oleh Ki Cakrajaya Masih Dalam Kandungan dan
Kini sudah Menjadi Besar
Jaka Bedhug Diberi Tahu Oleh Ibunya Bahwa Ayahnya Sudah
Pulang Dari Bertapa dan Sekarang Sedang Bersuci dan Mengail Di Sungai Bogowonto
Untuk Berbuka
Jaka Bedhug Dinasehati dan Dipesan Oleh Ibunya Agar
Berhati-hati, Jangan Mendekat Dahulu dan Jangan Mengaku sebagai Anaknya.
Mengingat Ayahnya Sekarang Menjadi Orang Sakti Yang Baru
Saja Pulang Dari Bertapa.
Mendengar Penuturan Ibunya ,Hati Jaka Bedhug Sangat Gembira.
Namun Jaka Bedhug Tidak Kuat Menahan Kegembiraan ,Ia Berlari
Ingin Mendekati Ayahnya yg sedang Mengail ,Tiba- tiba ada Rasa Ragu- ragu
Muncul dalam Hatinya, Ia Ingat Akan Pesan Ibunya, Ia Melihat Ke Kanan dan Ke
Kiri Seakan- akan Berani Seakan- akan Tidak .
Bayang- bayang Prilakunya Jaka Bedhug seperti itu Nampak dalam
Air dan terlibat Oleh Ki Cakrajaya, Yang Kemudian Tanpa Disadari Beliau berucap
,Hai Anak Siapa Kamu ? Ingak inguk Kaya Bedhes '" kera ".
Ternyata selesai Berkata Demikian , Ucapan Ki Cakrajaya itu
betul-betul Terjadi ,Jaka Bedhug Berubah Wujud Menjadi Anak Yang Menyerupai
Kera " Bedhes "
Hal itu Terjadi Karena Kesaktiannya Setelah Bertapa, "
mandih Pangucap "
Namun Tak Disadarinya Oleh Ki Cakrajaya.
Melihat Dirinya Berubah Menyerupai Kera ,Jaka Bedhug Sambil
Menangis Mencari Ibunya . Melihat Keadaan Anaknya ibunya Sangat Terkejut . Jaka
Bedhug Kemudian Menceritakan Perihal Kelakuannya Hingga Ia Bisa Berubah
Menyerupai Kera.
Nyai Cakrajaya Kemudian Pergi Menemui Suaminya dan
Menceritakan Peristiwa Yang Baru saja Terjadi Terhadap Anaknya
Ki Cakrajaya Sangat Menyesal , Tetapi Ini Mungkin Sudah
Menjadi Kehendak Tuhan. Kemudian Beliau Berusaha Memohon Kepada Gusti Allah
Agar Jaka Bedhug Bisa Kembali Seperti Semula , Serta Akan Menemui Gurunya Yaitu
Kanjeng Sunan Kalijaga Untuk Meminta Petunjuk
Setelah Sampai Di tempat Kanjeng Sunan Kalijaga Yang Pada
Waktu Itu berada Di Daerah Jatinom. Ki Cakrajaya Menceritakan Peristiwa Yang
Menimpa Anaknya Serta Mohon Petunjuk Bagaimana caranya agar Anaknya Bisa Pulih
kembali.
Kanjeng Sunan Kalijaga Kemudian Berkata Bahwa Manusia Wajib
Berusaha , Memohon Kepada Gusti Allah Yang Maha Kuasa , Terkabul atau Tidaknya
Permohonan Ada Di Tangannya.
Cobalah Ganti Nama Anakmu Dengan Namamu, dan Namamu Gantilah
dengan Nama Anakmu , insyaAllah Akan Terkabul Permohonanmu
Seusai Mendapat Petunjuk ,Ki Cakrajaya Mohon Diri Sesampai
Di Rumah Petunjuk Kanjeng Sunan Kalijaga Dilaksanakan dan Ternyata Jaka Bedhug
Bisa Berubah Seperti sediakala.
Setelah Semuanya Berjalan Normal kembali, Kemudian Ki
Cakrajaya Pergi Mengembara Untuk Mengamalkan ilmunya , Perjalanannya Sampai Di
daerah Prambanan dan Bertempat Tinggal di Desa Kenaran Serta Berganti Nama
Menjadi Kyai Dhepok .
Berita Mengenai Kyai Dhepok Orang Yang sangat Sakti tersebar
Luas sampai Pelosok-pelosok Desa Bahkan sampai Ke Ibukota Kerajaan Mataram.
Pada Waktu Itu Mataram Di Bawah Kekuasaan Raden Risang
Sutawijaya atau R. ngabehi Loring Pasar atau Panembahan Senapati Ngalaga Yang
Dapat Mempersatukan Hampir Seluruh Pulau Jawa. Pada Waktu Itu Ada Seorang Garwa
Ampeyan atau Garwa Selir sedang Hamil Yang Kemudian dipulangkan ke daerah
asalnya di Madiun. Setelah Anaknya Lahir Diangkat sebagai Anak Angkat Oleh
Pangeran Purbaya dan Diserahkan Kepada Kyai Dhepok agar dididik Menjadi Anak
Yang Baik.
Anak Itu Diberi Nama Raden Mas Jolang. Raden Mas Jolang
Diberi Pelajaran berbagai macam ilmu Kautaman dan Kasampurnan ,ilmu Kanuragan
maupun ilmu Kebatinan. Raden Mas Jolang Sudah Dianggap Seperti Anaknya Sendiri
segala Ilmu Diberikan semuanya , Karena Kyai Dhepok atau Ki Cakrajaya
Mengetahui Bahwa Nantinya Raden Mas Jolang akan Menjadi Raja sehingga Ia
Dibekali Dengan ilmu- ilmu yang Tinggi.
Setelah Dewasa Radèn Mas Jolang Diberi Tahu Oleh Kyai Dhepok
atau Ki Cakrajaya siapa sebenarnya dirinya.
Kemudian Setelah Tamat Belajarnya Maka Ia Disuruh Pergi Ke
Mataram , Setelah Sampai Di Kerajaan ternyata Raja Mataram yang waktu itu
Panembahan Senapati telah wafat.
Kedatangan Raden Mas Jolang diketahui oleh Ibunya, Kemudian
Dipanggilnya dan Di angkat Menjadi Raja Menggantikan Ayahandanya, Yang Kemudian
dikenal dengan Nama " Pangeran Seda Krapyak "
Ketika Permaisuri Pangeran Seda Krapyak Mengandung, Beliau
Mengidam / Nyidam Ikan Yang Bersisik Mas atau Wader Bang Sisik Kencana. Oleh
karena Sulitnya Mencari Ikan Tersebut , Maka Diadakanlah Sayembara.
Dan Ternyata Kyai Dhepok atau Sunan Geseng lah Yang
Menyanggupi Sayembara Itu Dengan Mengajukan Syarat Agar Disediakan Benang
Sutera Untuk Digunakan sebagai Jala , Karena Ikan Tadi Hanya Dapat Dijala
Dengan Jala Yang Terbuat Dari Benang Sutera.
Permintaan Itu Dipenuhi dan Tempat Untuk Membuat Jala dan
Benang Sutera Itu kemudian Disebut Dengan " Jalasutra "
Ternyata Sunan Geseng dapat Berhasil dalam Sayembara untuk
mendapatkan Ikan Wader Bang Sisik Kencana tersebut.
Sebagai Tanda Terimakasih Atas Jasa Sunan Geseng maka Beliau
Di Angkat Menjadi Sesepuh Kerajaan dan Dimintanya Untuk Tinggal Di Kerajaan ,
akan Tetapi Sunan Geseng Tidak Berkenan Tinggal Di Kerajaan , Beliau Ingin
Tetap Tinggal Di Wilayah Jalasutra saja
Silsilah..
Sunan Geseng / Ki Cakrajaya Bin Kyai Ageng Pakotesan /
Syaikh Hosein Bin Syaikh Al Wahdi bin
Sayyid Hasan Bin Sayyid Askar Bin Sayyid Muhammad Bin Sayyid Khusein Bin Sayyid
Askab Bin Sayyid Muhammad Wahid Bin Sayyid Hasan Bin Sayyid 'Askar Bin Sayyid
Ali Bin Sayyid Ahmad Bin Sayyid Mosarrir Bin Sayyid DJohar Bin Sayyid Musa Bin
Sayyid Hadjr Bin Sayyid Ja'far Shadiq Bin Sayyid Muhammad Al Baqir Bin Sayyid
Ali Zainal Abidin Bin Sayyidina Husein Bin Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah +
Sayyidatina Fatimah Zahra Binti Rosulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam
Wallahu'alam..
Al Faatihah...
Referensi ; Serat Babad Jalasutra & serat sakeber
Pict ; Dokumentasi pribadi
#NapakTilas
#JejakParaAuliya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar