Photos

Breaking

Minggu, 02 Februari 2020

SUNAN GESENG. SEJARAH DAN SILSILAHNYA






MAQAM KANJENG SUNAN GESENG
( KYAI AGENG CAKRAJAYA )

Oleh ; Elmardanuzie

Apa Makna Dari Makan Sekali Kenyang Selamanya dan Apa Isi Bumbung Yang Hilang Kedua Ruasnya ?
Begitulah, Pertanyaan Kanjeng Sunan Kalijaga Kepada Kanjeng Sunan Geseng ?

Sunan Geseng Adalah Satu Diantara Deretan Tokoh Wali Yang Kisah ceritanya  Melegenda Bagi masyarakat Indonesia khususnya Di Jawa
Sudah Banyak Tulisan2 Yang Menceritakan Tentang Kisahnya Dengan Beragam Macam Versinya
Disini Saya Kembali Menuliskan Kisahnya Menurut Versi " Serat Babad Jalasutra & Serat Sakeber "

Ada Beberapa Makam Yang Diyakini Sebagai Makam Kanjeng Sunan Geseng
Salah satunya Yang Ada Di Wilayah Kulon Progo Yogyakarta
Tepatnya di Gunung Girinyono Sendang sari Kec Pengasih

Dan Masing-masing Mengklaim Bahwa Ditempat Mereka Lah Yang Paling Asli Dan Yang Lain Tidak... ....
Hal Tersebut Tidak Perlu  Diperdebatkan..
Semuanya Baik ,Mau Disini Mau Disana Baik Semua Dan Sah Sah Saja..
Yang Terpenting Dengan Niat Yang Baik, Dengan Cara Yang Baik,..insyaAllah Berbuah Baik Pula..

Bismillah..
Dan Inilah Kisah Kanjeng Sunan Geseng..

Tersebutlah Ada Seorang Pertapa Sakti Bernama Kyai Ageng Kotesan Yang Tinggal Di Desa Sinandu Bagelen Mempunyai Seorang Putra Bernama Ki Cakrajaya
Cakrajaya Adalah Seorang Anak Yang Mempunyai Sifat Berkemauan Keras ,Suka Lelaku Tirakat ,Menyendiri dan Gemar Berpuasa

Mungkin Sudah Menjadi Takdir bahwa seseorang Yang Ingin Tercapai Cita-citanya Biasanya didahului dengan penderitaan , Nampaknya Begitu Pula Terjadi Pada Diri Cakrajaya
Cakrajaya Yang Masa Kecilnya Suka Berpuasa , Setelah Dewasa Kemudian Beristri dan Hidup Disuatu Daerah dan Bermata Pencaharian Sebagai Penderes Atau Menyadap Pohon Enau Yang Tumbuh Disalah Satu Pegunungan Yang Bernama Sumberan
Setiap Hari Cakrajaya Berangkat Dengan Membawa Bumbung Untuk Deres " menyadap pohon enau " Di Pegunungan Sumberan
Konon Di Daerah Itu Sampai Sekarang masih Ada sisa Peninggalan Bumbung penyadap enau milik Ki Cakrajaya

Menyadap Pohon Enau Adalah Suatu Pekerjaan Yang Menggunakan Kesabaran Karena Hasilnya Tidak Begitu Cepat Bisa Didapat , Tetapi Harus Melalui Tetes Demi Tetes , Sehingga Dalam Satu Hari Yang Didapat pun Tidak sebegitu berapa
Meskipun Keadaan Hidup Ki Cakrajaya Sekeluarga serba Pas Pasan Namun Mereka Tidak Pernah Mengeluh
Sebab Mereka Mempunyai Pedoman
" Tidak Perlu Mengeluh Di waktu Menderita Dan Tidak Perlu Menunjukkan Kegembiraan Di Waktu Menerima Kebahagiaan"
Ki Cakrajaya Menanamkan Filsafat Hidup Pada Keluarganya, " Bahwa Hidup Bahagia Terdapat Pada Isi Hati Diri Pribadi . Kebahagiaan Yang Disebabkan Karena Harta Kekayaan Akan Mudah Menjerumuskan Hidup Seseorang , Yang Akhirnya Lupa Kepada Yang Memberi Hidup "

Pada Suatu Ketika Di Pagi Hari Ki Cakrajaya Tak Seperti Biasanya ,Merasakan Denyut jantungnya Berdebar-debar Ada Sesuatu Perasaan Aneh Di Dalam Hatinya Sehingga Sampai Siang Hari Beliau Belum Juga Pergi Ke Sumberan Untuk Menyadap Enau
Ditunggu Tak Kunjung juga Hilang
Maka Akhirnya Ki Cakrajaya Memutuskan Untuk tetap Berangkat Ke Sumberan.
Sesampai Di Sumberan Ki Cakrajaya Langsung Naik Ke Atas Pohon Enau Untuk Mengambil Bumbung dan Menggantikanya Dengan Bumbung Yang Kosong , Pada Saat Mengambil Bumbung Itu Terkejutlah Hatinya Karena Melihat Isi Bumbung Begitu Banyak sampai Penuh
Kejadian Seperti Itu Belum Pernah Dialaminya , Maka Timbul Pertanyaan Dalam Hatinya , Apakah Ini Firasat Yang Menyentuh Hatinya Sehingga Menyebabkan Denyut jantungnya Berdebar-debar..

Sebelum Ki Cakrajaya Turun Dengan Membawa Hasil Sadapannya , Tiba-tiba Terdengarlah Suara Dari Bawah Pohon Enau Yang Menanyakan Apa Kerja Ki Cakrajaya Naik Turun Pohon Enau ?
Pertanyaan itu Dijawabnya Apakah Ki Sanak Akan Membeli Gula Aren ??
Seseorang Yang Ternyata Kanjeng Sunan Kalijaga Itu Tidak Menjawabnya dan Kemudian Menggandeng Tangan Ki Cakrajaya Untuk Di Ajak Pulang. Di Dalam Perjalanan pulang Yang Dibicarakan Hanyalah Tentang " Jatining Urip dan Urip Sejati " " Hakekat Hidup "
Sesampai Di Rumah Pembicaraan Mereka Masih Di Lanjutkan , Bahkan Dibicarakan Pula Falsafah Hidup Lainya , Diantaranya Tentang Apa Makna Dari " Makan Sekali Kenyang Selamanya ,Serta Sebuah Pertanyaan " Apa Isi Bumbung Yang Hilang Kedua Ruasnya "

Pembicaraan Itu Membuat Hati Ki Cakrajaya Bertanya- tanya , Siapakah Sebenarnya Orang Ini ? Sehingga Bisa Memberikan Beberapa Ajaran Tentang Falsafah Hidup , Belum Sampai Terjawab Pertanyaan- pertanyaan Dalam Hati Ki Cakrajaya ,Tiba - tiba Bangkitlah Kanjeng Sunan Kalijaga Dari Tempat Duduknya Dengan Maksud Akan Meninggalkan Tempat  Tinggal Ki Cakrajaya Sambil Mengucap " Ya Rohman Rokhim -Mu "
Ki Cakrajaya Mendengar Kata- kata Itu Menjadi Terbuka Hatinya ," Terang Wening " Fikirannya Jernih Tidak Ragu Lagi !!

Setelah Mengucap Kata- kata itu Kanjeng Sunan Kalijaga dalam Sekejap Lenyap Dari Pandangannya, Sehingga Membuat Hati Ki Cakrajaya Keheranan dan Tidak Bisa Berucap Sepatah Kata Pun .
Bahkan Ia Kemudian Melihat Gula Aren Yang Masih Dalam Cetakan Berubah Menjadi Gumpalan Emas Murni dan Mengkilap. Melihat Kenyataan Seperti Itu Kemudian Ki Cakrajaya Berkata Kepada Istrinya Yang Pada Waktu Itu Sedang Mengandung Empat Bulan , Bahwa Mungkin Sudah Tiba Saatnya Kita Akan Berpisah ,Ia Akan Pergi Mencari Orang Sakti Itu. Lihatlah Gula Dalam Tangkeban Itu Telah Berubah Menjadi Emas.
Gunakanlah Emas Itu Untuk Kebutuhan Hidupmu Selama Aku Pergi , Setelah Berpesan Kepada Istrinya , Pergilah Ki Cakrajaya Mengejar Kanjeng Sunan Kalijaga.

Pada Suatu Hari Saat Bulan Purnama , Perjalanan Ki Cakrajaya Sampai Disuatu Tempat. Di Tempat Itu Tumbuh Pohon Beringin Yang Besar ,Ia Ingin Melepaskan Lelah Sambil Tiduran Di Bawah Pohon Tersebut. Kebetulan Di Dekat Pohon Itu Terdapat Pancuran Air Yang Mengeluarkan Suara Gemericik Dengan Irama Yang Tetap. Sambil Merebahkan Badannya Dibawah Pohon Beringin Itu, Dalam Hati Ia Berkata " Ya Robbi , Kyai Ageng Ingkang Emut ,Dika Urip Kulo Urip "
Sekonyong-konyong Terdengar Suara Orang Di Balik Pohon Beringin dan Berkata Pula
" Ki Sanak Ki Sanak ,Dika Urip Kulo Urip "
Ki Cakrajaya Kemudian Menengok ,Di Balik Pohon Beringin Itu Ia Melihat Kanjeng Sunan Kalijaga Sedang Memutar- mutar Tasbihnya.
Ki Cakrajaya Kemudian Mendekati Tempat Duduk Kanjeng Sunan Kalijaga Sambil Berkata Bahwa Ia Akan Menyerahkan Jiwa Raganya Serta Hidup Matinya dan Berniat Ingin Menjadi Muridnya Yang Sanggup Mengikuti Jejak Perjalanannya.

Dengan Tersenyum Kanjeng Sunan Kalijaga Berkata, Jebeng Saya Ini Hanya Manusia Biasa Seperti Kamu ,Jadi Tidak Benar Kamu Menyerahkan Hidup Mati dan Jiwa Ragamu Kepadaku. Saya Bukan Yang Gawe Urip dan Bukan Yang Gawe Pati dan Bukan Tempat Jiwa.
Selanjutnya Kanjeng Sunan Kalijaga Berkata Jebeng Kalau Kamu Betul- betul Berniat, Apa Yang Kau Ingini Secara Lahir Batin Yaitu Mencari " Sampurnaning Urip " Ikuti dan Kerjakan Segala Petunjukku.
Sujudlah Seluruh Jiwa Ragamu ,Lahir Batin Di Hadapan Gusti Allah Kang Maha Agung dan Ini Tongkat Untukmu, Jagalah Baik- baik InsyaAllah Pada Saatnya Nanti Kita Akan Bertemu Lagi Di Pegunungan Lowanu Untuk Melanjutkan Pembicaraan Tentang Ilmu dan Falsafah Hidup.

Berbulan-bulan Hingga Bertahun-tahun Kanjeng Sunan Kalijaga Menyamar Menjadi Orang Kebanyakan dan Menggunakan Nama Kyai Citra Berkelana Kesana Kemari Sambil Mengamalkan ilmunya Kepada Para Penduduk Yang Didatanginya.
Pada Saat Kanjeng Sunan Kalijaga Berada Di Daerah Mataram Menetap Agak Begitu Lama Sehingga Sampai Mempunyai Dua Orang Abdi Kinasih Yang Bernama Kyai Semi dan Nyai Galuh.
Saat Kanjeng Sunan Kalijaga Duduk Di Serambi Padepokan nya , Beliau Teringat Akan Janjinya Pada Ki Cakrajaya Bila Nanti Akan Bertemu Lagi di Pegunungan Lowanu

Pada Waktu Itu , Setelah Dipesan Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga , Dengan Kemauan Yang Kuat , Kepatuhan dan Kedisiplinan ,Ki Cakrajaya Menuju Lowanu , Beliau Ingin Menunjukkan Ketaatan dan Kesetiaannya Serta " Sampurnaning Lampah " Kepada Gurunya Yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga.
Sesampainya Di Pegunungan Lowanu Dengan Duduk Di Atas Batu dan Bersila , Memejamkan Mata Serta Tongkat Di Tancapkan Di Depannya , Mulailah Beliau Bersemedi
Sambil Menunggu Kedatangan Kanjeng Sunan Kalijaga
Pada Satu Riwayat Di Pesan Kanjeng Sunan Kalijaga Untuk Membaca wirid " Ya Hayyu Ya Qoyyum "
Tapi Oleh Ki Cakrajaya Dibacannya " Ya Kayaku Ya Kayumu "

Kanjeng Sunan Kalijaga Sendiri Diceritakan Hampir Lupa Karena Sudah Bertahun-tahun Lamanya Baru Teringat, Bahwa Beliau Mempunyai Murid Yang Sedang Menunggunya,
Pada Satu Riwayat Hingga Sampai 25 Tahun Lamanya
Kemudian Kanjeng Sunan Kalijaga Mencari Tempat Dimana Ki Cakrajaya Berada.
Karena Saking Lamanya Mengakibatkan Lokasi Yang Ditempati Ki Cakrajaya Telah Berubah Menjadi Hutan Belantara Sehingga Menyulitkan Kanjeng Sunan Kalijaga Dalam Pencariannya.
Ini Membuktikan Bahwa Perpisahan Keduanya Sangat Lama.
Untuk Mempermudah dan Mempercepat pencarian Ki Cakrajaya , Akhirnya Kanjeng Sunan Kalijaga Memutuskan Untuk Membakar Hutan , Setelah Api Padam Nampak Ki Cakrajaya Duduk Bersila Dengan Tongkat Tertancap Di Depannya
Ki Cakrajaya Tersenyum Sambil Menganggukkan Kepalanya dan Mengucapkan Terima Kasih
Kanjeng Sunan Kalijaga Kemudian Mendekati Ki Cakrajaya Yang Terlihat Hangus ( Gosong ) sambil Berkata Bahwa Ujiannya Telah Berakhir Dengan Baik
Oleh Karena Ki Cakrajaya Terlihat Hangus / Gosong Maka Kanjeng Sunan Kalijaga Memberinya Nama Sunan Geseng .
Geseng Yang Berarti Gosong, Gosong Mergo Kebrongot atau Hangus Karena Terbakar
Kemudian Sunan Geseng Disuruhnya pulang Untuk Menemui Istrinya, Serta Dibekali Kail.
Sesampainya Di Sungai Bogowonto Beliau Bersuci dan Memancing Terlebih Dahulu Untuk Berbuka Puasa.

Berita Kembalinya Ki Cakrajaya Sudah Tersiar Di Seluruh Wilayah Bagelen , Yang Akhirnya Terdengar Pula Oleh Nyai Cakrajaya .
Nyai Cakrajaya Kemudian Memanggil Anaknya Yang Bernama Jaka Bedhug Yang Sewaktu Ditinggalkan Oleh Ki Cakrajaya Masih Dalam Kandungan dan Kini sudah Menjadi Besar
Jaka Bedhug Diberi Tahu Oleh Ibunya Bahwa Ayahnya Sudah Pulang Dari Bertapa dan Sekarang Sedang Bersuci dan Mengail Di Sungai Bogowonto Untuk Berbuka
Jaka Bedhug Dinasehati dan Dipesan Oleh Ibunya Agar Berhati-hati, Jangan Mendekat Dahulu dan Jangan Mengaku sebagai Anaknya.
Mengingat Ayahnya Sekarang Menjadi Orang Sakti Yang Baru Saja Pulang Dari Bertapa.
Mendengar Penuturan Ibunya ,Hati Jaka Bedhug Sangat Gembira.
Namun Jaka Bedhug Tidak Kuat Menahan Kegembiraan ,Ia Berlari Ingin Mendekati Ayahnya yg sedang Mengail ,Tiba- tiba ada Rasa Ragu- ragu Muncul dalam Hatinya, Ia Ingat Akan Pesan Ibunya, Ia Melihat Ke Kanan dan Ke Kiri Seakan- akan Berani Seakan- akan Tidak .
Bayang- bayang Prilakunya Jaka Bedhug seperti itu Nampak dalam Air dan terlibat Oleh Ki Cakrajaya, Yang Kemudian Tanpa Disadari Beliau berucap ,Hai Anak Siapa Kamu ? Ingak inguk Kaya Bedhes '" kera ".
Ternyata selesai Berkata Demikian , Ucapan Ki Cakrajaya itu betul-betul Terjadi ,Jaka Bedhug Berubah Wujud Menjadi Anak Yang Menyerupai Kera " Bedhes "
Hal itu Terjadi Karena Kesaktiannya Setelah Bertapa, " mandih Pangucap "
Namun Tak Disadarinya Oleh Ki Cakrajaya.

Melihat Dirinya Berubah Menyerupai Kera ,Jaka Bedhug Sambil Menangis Mencari Ibunya . Melihat Keadaan Anaknya ibunya Sangat Terkejut . Jaka Bedhug Kemudian Menceritakan Perihal Kelakuannya Hingga Ia Bisa Berubah Menyerupai Kera.
Nyai Cakrajaya Kemudian Pergi Menemui Suaminya dan Menceritakan Peristiwa Yang Baru saja Terjadi Terhadap Anaknya
Ki Cakrajaya Sangat Menyesal , Tetapi Ini Mungkin Sudah Menjadi Kehendak Tuhan. Kemudian Beliau Berusaha Memohon Kepada Gusti Allah Agar Jaka Bedhug Bisa Kembali Seperti Semula , Serta Akan Menemui Gurunya Yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga Untuk Meminta Petunjuk

Setelah Sampai Di tempat Kanjeng Sunan Kalijaga Yang Pada Waktu Itu berada Di Daerah Jatinom. Ki Cakrajaya Menceritakan Peristiwa Yang Menimpa Anaknya Serta Mohon Petunjuk Bagaimana caranya agar Anaknya Bisa Pulih kembali.
Kanjeng Sunan Kalijaga Kemudian Berkata Bahwa Manusia Wajib Berusaha , Memohon Kepada Gusti Allah Yang Maha Kuasa , Terkabul atau Tidaknya Permohonan Ada Di Tangannya.
Cobalah Ganti Nama Anakmu Dengan Namamu, dan Namamu Gantilah dengan Nama Anakmu , insyaAllah Akan Terkabul Permohonanmu

Seusai Mendapat Petunjuk ,Ki Cakrajaya Mohon Diri Sesampai Di Rumah Petunjuk Kanjeng Sunan Kalijaga Dilaksanakan dan Ternyata Jaka Bedhug Bisa Berubah Seperti sediakala.

Setelah Semuanya Berjalan Normal kembali, Kemudian Ki Cakrajaya Pergi Mengembara Untuk Mengamalkan ilmunya , Perjalanannya Sampai Di daerah Prambanan dan Bertempat Tinggal di Desa Kenaran Serta Berganti Nama Menjadi Kyai Dhepok .
Berita Mengenai Kyai Dhepok Orang Yang sangat Sakti tersebar Luas sampai Pelosok-pelosok Desa Bahkan sampai Ke Ibukota Kerajaan Mataram.

Pada Waktu Itu Mataram Di Bawah Kekuasaan Raden Risang Sutawijaya atau R. ngabehi Loring Pasar atau Panembahan Senapati Ngalaga Yang Dapat Mempersatukan Hampir Seluruh Pulau Jawa. Pada Waktu Itu Ada Seorang Garwa Ampeyan atau Garwa Selir sedang Hamil Yang Kemudian dipulangkan ke daerah asalnya di Madiun. Setelah Anaknya Lahir Diangkat sebagai Anak Angkat Oleh Pangeran Purbaya dan Diserahkan Kepada Kyai Dhepok agar dididik Menjadi Anak Yang Baik.
Anak Itu Diberi Nama Raden Mas Jolang. Raden Mas Jolang Diberi Pelajaran berbagai macam ilmu Kautaman dan Kasampurnan ,ilmu Kanuragan maupun ilmu Kebatinan. Raden Mas Jolang Sudah Dianggap Seperti Anaknya Sendiri segala Ilmu Diberikan semuanya , Karena Kyai Dhepok atau Ki Cakrajaya Mengetahui Bahwa Nantinya Raden Mas Jolang akan Menjadi Raja sehingga Ia Dibekali Dengan ilmu- ilmu yang Tinggi.

Setelah Dewasa Radèn Mas Jolang Diberi Tahu Oleh Kyai Dhepok atau Ki Cakrajaya siapa sebenarnya dirinya.
Kemudian Setelah Tamat Belajarnya Maka Ia Disuruh Pergi Ke Mataram , Setelah Sampai Di Kerajaan ternyata Raja Mataram yang waktu itu Panembahan Senapati telah wafat.
Kedatangan Raden Mas Jolang diketahui oleh Ibunya, Kemudian Dipanggilnya dan Di angkat Menjadi Raja Menggantikan Ayahandanya, Yang Kemudian dikenal dengan Nama " Pangeran Seda Krapyak "

Ketika Permaisuri Pangeran Seda Krapyak Mengandung, Beliau Mengidam / Nyidam Ikan Yang Bersisik Mas atau Wader Bang Sisik Kencana. Oleh karena Sulitnya Mencari Ikan Tersebut , Maka Diadakanlah Sayembara.
Dan Ternyata Kyai Dhepok atau Sunan Geseng lah Yang Menyanggupi Sayembara Itu Dengan Mengajukan Syarat Agar Disediakan Benang Sutera Untuk Digunakan sebagai Jala , Karena Ikan Tadi Hanya Dapat Dijala Dengan Jala Yang Terbuat Dari Benang Sutera.
Permintaan Itu Dipenuhi dan Tempat Untuk Membuat Jala dan Benang Sutera Itu kemudian Disebut Dengan " Jalasutra "

Ternyata Sunan Geseng dapat Berhasil dalam Sayembara untuk mendapatkan Ikan Wader Bang Sisik Kencana tersebut.
Sebagai Tanda Terimakasih Atas Jasa Sunan Geseng maka Beliau Di Angkat Menjadi Sesepuh Kerajaan dan Dimintanya Untuk Tinggal Di Kerajaan , akan Tetapi Sunan Geseng Tidak Berkenan Tinggal Di Kerajaan , Beliau Ingin Tetap Tinggal Di Wilayah Jalasutra saja

Silsilah..
Sunan Geseng / Ki Cakrajaya Bin Kyai Ageng Pakotesan / Syaikh Hosein Bin Syaikh Al Wahdi  bin Sayyid Hasan Bin Sayyid Askar Bin Sayyid Muhammad Bin Sayyid Khusein Bin Sayyid Askab Bin Sayyid Muhammad Wahid Bin Sayyid Hasan Bin Sayyid 'Askar Bin Sayyid Ali Bin Sayyid Ahmad Bin Sayyid Mosarrir Bin Sayyid DJohar Bin Sayyid Musa Bin Sayyid Hadjr Bin Sayyid Ja'far Shadiq Bin Sayyid Muhammad Al Baqir Bin Sayyid Ali Zainal Abidin Bin Sayyidina Husein Bin Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah + Sayyidatina Fatimah Zahra Binti Rosulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam

Wallahu'alam..

Al Faatihah...

Referensi ; Serat Babad Jalasutra & serat sakeber
Pict ; Dokumentasi pribadi

#NapakTilas
#JejakParaAuliya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar