Foto Koleksi Ahmad Basyaiban
DI PANGGIL PANGERAN MUSYARRIF
Syarif Abdurrahman di kenal oleh masyarakat dan keturunannya dengan panggilan
pangeran Musyarrif. Mungkin saat itu para abdi Keraton Arosbaya salah paham
saat mendengar Panembahan Arosbaya mengenalkan nama beliau. Saat itu Panembahan
mengatakan" perkenalkan Ini pangeranmu syarif Abdurrahman"
sehingga untuk kalangan masyarakat sekitar arosbaya dan beberapa keturunannya
di sekitar daerah pesisir utara dan timur sampai saat menganal nama pangeran
musyarif dari pada pangeran syarif.
KIPRAH
BELIAU DI AROSBAYA
Pangeran Musyarrif menjadi pemuka agama di lingkungan Keraton Arosbaya tepatnya
beliau menjadi penghulu Keraton arosbaya. Sebelum beliau aktiv di lingkungan
keraton beliau dakwah di sekitar Arosbaya. Dan banyak petilasan beliau di
beberapa tempat. Beliau menjabat sebagai penguhulu Keraton atau mufti agung
arosbaya sejak pemerintahan Panembahan lemah duwur hingga masa anakanya yakni
Pangeran Tengah. Pangeran tengah adalah anak panembahan lemah duwur dari
pernikahan beliau dengan putri jaka tingkir Pajang. Pada pemerintahan pangeran
tengah terjadi peristiwa yang besar yang menyebabkan gugurnya pangeran syarif.
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 6 Desember 1595 dan pada tanggal 5 February
1597 yakni setahun kemudian dari peristiwa sebelumnya. Pada tahun itu empat
buah kapal dagang VOC pertamakalinya berlabuh di pelabuhan Arosbaya. Pihak VOC
saat itu mengundang pihak keraton untuk datang ke kapal Mauritius, dan pangeran
tengah mengutus patih keraton yaitu ki Ronggo dan Penghulu keraton yaitu
Pangeran Syarif, namun ternyata keduanya salah naik kapal yang menyebabkan
salah paham dan berujung perkelahian antara utusan keraton dengan pihak VOC
karena di kira mereka hendak merampok isi kapal sehingga pangeran syarif dan ki
Ronggo gugur. Pada saat kapal VOC berlabuh lagi pada tanggal 5 February 1597 .
Tanpa komando Rakyat Arosbaya langsung menyerbu kapal VOC sehingga peristiwa
saat itu banyak rakyat arosbaya yang gugur dan pihak belanda juga kabur.
Pangeran syarif di makamkan di belakang masjid jamik Arosbaya kempul bersama
beberapa keturunanya dan juga makam sayyid Abdullah bin abdurrahim Basyaiban.
CICIT -CICIT SYARIF ABDURRAHMAN
Dari Hasil Pengumpulan Data dari Keluarga-Keluarga Bani Syarif Abdurrahman
Pangeran Syarif Abdurrahman (w.1596 M) menikah dengan Ratu Ireng binti
Panembahan Lemah Duwur. Lalu dikaruniai anak:
1. R.
Kafie. Meninggal di Filipina dan tidak punya keturunan.
2. R.
Sayyidin. Makam di belakang Masjid Arosbaya. R. Sayyidin ini punya istri dua.
Istri pertama putri Pangeran Bawean. Lalu dikaruniai anak:
2.1. R.
Masigit (jhuluk Gusti Kiai. Makam di belakang Masjid Arosbaya. Beliau
dikaruniai anak:
2.1.1.
R. Ismail/ R. Ariowinoto
2.1.2.
R. Bakir
2.1.3.
R. Ayu Djumina
2.1.4.
R. Idris Onggo Kusumo
2.2. R.
Ayu Hatija
2.3. R.
Ayu Halima
Istri
kedua putri Pangeran Patmanegara. Dikaruniai anak:
2.4. R.
Abdul Hamed/ Abdurrahman, yang dikaruniai anak:
2.4.1.
Mas Kiai Qamaruddin
Pangeran
Syarif Abdurrahman juga menikah dengan seorang perempuan, Lalu dikaruniai anak:
3. R.
Syekh Baniron. Makam di belakang Masjid Arosbaya. R. Syekh Baniron ini
dikaruniai anak:
3.1.
Nyai Baniron Anom, yang dikaruniai anak:
3.1.1.
R. Kiai Abdullah
3.2. R.
Kiai Soleh, yang dikaruniai anak:
3.2.1.
R. Kiai Imam Masigit
3.3. R.
Sulaiman, yang dikaruniai anak:
3.3.1.
R. Ayu Auratna/ Siti Khotimah
great
keturunan beliau sampai saat ini sudah ada yang 12-13 ke beliau kalo Pangeran
syarif adala great ke 23 dari Rosulullah maka sekarang generasi ke 36 dan itu
wajar sekali
SILSILAH
PANGERAN SYARIF
Dari beberapa manuskrip silsilah beliau ada beberapa versi, baik versi yang di
tulis sejarawan KRT. Zainal fattah atau keturunannya sendiri. Menurut kanjeng
zainal fatah pangeran syarif Abdurrahman bernama sayyid Ahmad Al Huseini adalah
bin syarif Muhammad Juhariya bin Syarif Hafie bin syarif Ahmad adik kandung
sunan Ampel lain ibu. Memang konon menurut kanjeng zainal fattah syarif Ahmad
adik sunan Ampel ini datang belakangan menyusul kakaknya untuk hijrah dari
Champa menuju Pulau Jawa. Dan memang menurut serat Panengen awit sangkeng nabi
adam milik Tepas dalem keraton Jogjakarta mencatat nama adik sunan ampel ini
dengan nama Ahmad Rifai ibrohim Asmoroqondi bin jumadil kubro.
Menurut
catatan salah satu keturunan pangeran syarif beliau adalah bin syarif Jufri bin
syarif Ahmad bin Syarif Hasan bin syarif Abu bakar bin syarif Maqbul bin syarif
Hasan bin Syarif Mekkah bin Jumadil Kubro. Jika menilik data ini Maka versi ini
lebih panjang dari versi kanjeng Zaina Fattah mengingat pangeran syarif
berdakwa ke Arosbaya sudah cukuk usia.
Di Bawean ada seorang pendakwah bernama pangeran Perigi atau yang lebih dikenal
dengan nama Maulan Umar Mas'ud. Menurut data Bawean beliau bersaudara
dengan pangeran Sekar yang di ambil menantu raja Arosbaya saat itu. Pangeran
perigi dari Palembang menuju Arosbaya bersama saudaranya yakni pangeran Sekar
untuk berdakwah di sana. Namun setalah saudara diambil menantu oleh Raja
Arosbaya beliau melanjutkan berdakwah di pulau Bawean masuk ke pulau Bawean
pada tahun 1501 Masehi. Di manuskrip Bawean milik Raden Amin salah satu
keturunan Maulana Umar Mas'ud ada dua versi. Yakni Maulana Umar Mas'ud dan
saudaranya pangeran Sekar Arosbaya adalah bin sunan Mojoagung bin sunan
derajat. Dan ada juga catatan kuno yang lain mereka di tulis bin Maulana
Maghribi bin Maulana Ishaq.
Dari beberapa data ini harus diuji kevalidanya yang singkron dengan
sejarah dan juga. Menurut penulis pangeran Sekar Arosbaya ini adalah pangeran
Syarif Abdurrahman. Karena masa dakwahnya mereka di Arosbaya adalah masa
dimana peralihan dari pangeran Pragalbo ke Panembahan Lemah Duwur. Sehingga
silsilahnya pangeran Syarif juga harus di singkronisasi dengan data saudaranya
yang di Bawean.
KAROMAH
sudah lumrah bagi seorang waliyullah mereka mempunyai kekeramatan karena itu
merupakan Maunah dari yang maha kuasa.
Ada beberapa cerita yang terkait tentang karomah beliau yang terekam di ingatan
anak cucunya dan masyarakat. di antaranya adalah ketika sunan Muniron
bertandang ke arosbaya di kediaman beliau . saat itu tidak ada yang mau di
suguhkan untuk menjamu sunan muniron lalu pangeran musyarrif mohon ijin mau
nangkap ikan dulu. beliau hanya keluar ke halaman rumah dan menjaring
ikan di halaman dan atas kuasa Allah SWT jaring itu mendapatkan ikan. padahal
halaman rumah hanya tanah kosong bukan kolam ikan.
begitulah
haliahnya seorang wali allah kadang tidak bisa di nalar secara logika tapi
terbukti terjadi secara nyata.
di
sarikan dari beberapa sumber oleh Mohsen Basheban
Menurut referensi yang saya jumpai di perpusda Kab. Sampang dikatan bahwa Aji Gunung adalah putra dari Pangeran Mas Arosbaya, versi lain mengungkapkan bahwa beliau Aji Gunung di sebut sebagai putra dari Kiai Khotib bin Sunan Cendana. Mohon pencerahannya bib
BalasHapusMohon diinformasikan no wa yg bisa saya hubungi karena saya butuh informasi lebih detail mengenai silsilah keluarga,,,kakek saya dari dalem timor dan rumahnya masih ada disana tepatnya ada di gang utara majid masuk ke timur ada rumah tua yg halamannya luas dan rumah masih dari kayu, terima kasih
BalasHapusIni no wa saya 0895395039325 (tody)
Saya ingin informasi mengenai suaminya nyai baniron anom, tolong mungkin ada yg tau bisa WA 085219355348
BalasHapus